Selasa, 27 Mei 2014

AKU CINTA INDONESIA

Diposting oleh Unknown di 19.28 0 komentar
Aku cinta Indonesia, tanah tumpah darahku. Di negeri ini aku dilahirkan dan di sini pula aku diberi makanan, airnya mampu melepaskanku dari rasa dahaga, orang - orangnya yang pada akhirnya mampu mendidik dan memberi ilmu padaku, dan kultur serta kearifan lokalnya yang membuat aku bisa bertoleransi.

www.belantaraindonesia.org

Untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air Indonesia memang dapat berasal dari mana saja, apa saja dan kapan saja, tidak terkecuali oleh alam. Alam Indonesia telah membuat hatiku semakin cinta pada ibu pertiwi. Tidak dipungkiri Indonesia memang salah satu surga dunia.

Bukan kemewahan, kemegahan dan perkembangan teknologi seperti negara maju yang Indonesia tampilkan. Melainkan keeksotisan dan keindahan alamnya yang alami yang membuatnya jauh lebih indah dibanding negara lain.

Perjalanan yang pernah aku lakukan mulai dari bentangan pantai hingga puncak gunung telah membuat aku jatuh cinta dan bangga pada bangsa ini. Mungkin di luar sana banyak yang mencibir Indonesia sebagai negara tak pernah maju, bahkan tidak sedikit rakyatnya sendiri yang malu untuk berbangsa Indonesia. Tetapi itu semua tidak melunturkan rasa cintaku pada Ibu Pertiwi.

Ketika meletakkan kaki di hamparan pasir pantai dan bentangan laut serta menyelami apa yang terkandung didalamnya mulai dari biota hingga hasil bumi ( minyak dan gak alam ) rasa syukur terucap dari hati ini.

Aku bersyukur karena telah ditakdirkan sebagai orang Indonesia. Ketika menanjakkan kaki di jajaran gunung - gunung, dari atas gunung dapat dilihat begitu indahnya negeri ini. Yang tentunya semakin menambah rasa cinta dan syukurku.

Kultur dan budaya orang yang beraneka ragam banyak aku temukan saat melakukan perjalanan. Kehangatan dan keramahan warga - warga setempat lagi - lagi membuat aku bersyukur karena telah dilahirkan dinegeri ini. Keramahan seperti inilah  yang tidak akan banyak ditemukan di negara lain.

Budayanya yang begitu banyak dan beragam turut menambah kekayaan bangsa ini. Bahasa daerahnya saja ada begitu banyak dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan bahasa daerah terbanyak di dunia. Kerukunan antara umat beragama yang indah hanya akan ditemui di negeri ini.

Mungkin beberapa tahun belakangan ini beberapa kali terjadi perselisisihan atau konflik antara sekelompok orang tertentu yang mengatas namakan agama. Tetapi itu hanya sekelompok kecil dan tentu tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur kerukunan umat beragama di negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat didunia.

Hanya dinegeri inilah persahabatan di atas perbedaan keyakinan dapat terjalin dengan begitu harmonis. Dengan tetap memegang teguh keyakinannya masing - masing.

Memang tidak akan ada yang sempurna di dunia ini, termasuk Indonesia. Tetapi kelebihan dan kekurangan negeri ini tidak melunturkan rasa bangga dan cinta pada Indonesiaku, Tanah Air Beta.

UPACARA ADAT SIRAMAN GONG KYAI PRADAH DI BLITAR

Diposting oleh Unknown di 19.13 0 komentar
KEBUDAYAAN KOTA BLITAR



print
NAMA:

UPACARA ADAT SIRAMAN GONG KYAI PRADAH DI BLITAR

NAMA LAIN:

LOKASI:
Propinsi:Jawa Timur
Kab/Kota:Kab. Blitar
Kecamatan:Sutojayan
Desa/Kel:Kalipang
Dusun/Jalan:
Kode Pos:
Koordinat BT:0º0m/sUTM-X:0
Koordinat LS:0º0m/sUTM-Y:0
PETA:[VIEW]
Kategori:Adat-istiadat masyarakat
Kondisi:Sedang berkembang
Upaya Pelestarian:Sudah ada upaya pelestarian/perlindungan


Sejarah singkat:
Konon pada saat penobatan tahta Kerajaan Kartasura Sri Susuhunan Pakubuwono I, beliau mempunyai saudara dari selir ayahnya bernama Pangeran Prabu. Ketika Sri Susuhunan Pabubuwono I dinobatkan sebagai raja, Pangeran Prabu merasa sakit hati dan ia berniat membunuh Sri Susuhunan Pabubuwono I, namun upayanya ketahuan, maka sebagai hukuman atas kesalahannya itu Pangeran Prabu ditugasi menebang kayu di hutan Lodoyo. Ketika itu hutan Lodoyo dikenal sangat wingit (angker) dan banyak dihuni binatang buas. Karena Pangeran Prabu merasa salah, untuk menebus kesalahannya beliau berangkat ke hutan Lodoyo dan diikuti istrinya Putri Wandansari dan abdinya Ki Amat Tariman dengan membawa pusaka bendhe yang diberi nama Kyai Bicak, yang akan digunakan sebagaitumbal ‘penolak bala’ di hutan Lodoyo.
Kemegahan istana ditinggalkan mereka keluar masuk hutan, naik turun gunung, menyusuri lembah ngarai hingga akhirnya tiba di kawasan Lodoyo yang masih merupakan hutan belantara yang sangat angker. Pengembaraan jauh itu mereka lakukan dengan penuh ketabahan, karena mereka percaya tidak akan menghadapi marabahaya selama mereka membawa pusaka bendhe Kyai Bicak. Sementara untuk menenangkan hati, Pangeran Prabu melakukan nepi (menyendiri) di hutan Lodoyo dan bendhe Kyai Bicak dan abdi setianya Ki Amat Tariman dititipkan kepada Nyi Rondho Patrasuta, beliau meninggalkan pesan bahwa setiap tanggal 12 Mulud dan tanggal 1 Sawal supaya bendhe tersebut disucikan dengan cara disirami atau dijamasi air bunga setaman dan air bekas jamasantersebut bisa untuk mengobati orang sakit dan sebagai sarana ketentraman hidup.
          Pada suatu ketika Ki Amat Tariman sangat rindu kepada Pangeran Prabu ia kemudian berjalan-jalan di hutan, tetapi ia tersesat dan kebingungan, karena bingungnya Ki Amat Tariman memukul bendhe Kyai Bicak 7 kali, suara Kyai Bicak menimbulkan keajaiban ketika itu yang datang bukan rombongan Pangeran Prabu tetapi harimau besar-besar dan anehnya mereka tidak menyerang atau mengganggu tetapi justru menjaga keberadaan Ki Amat Tariman, dan sejak itu bendhe Kyai Bicak diberi nama Gong Kyai Pradah yang artinya harimau
Uraian/Deskripsi singkat:
Upacara adat Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah merupakan salah satu bentuk budaya lokal di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Tradisi ini sampai sekarang masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya, yaitu setahun dua kali di Lodoyo, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Hal ini karena masyarakat pendukungnya percaya bahwa tradisi ini masih bermanfaat dalam kehidupannya.
         Pelaksanaan upacara adat siraman pusaka tersebut merupakan bentuk pemeliharaan secara tradisional benda peninggalan nenek moyang yang berupa Gong bernama Kyai Pradah, sehingga dengan pemeliharaan ini pusaka Gong Kyai Pradah akan tetap lestari.
         Tradisi Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah dapat menambah rasa persatuan dan kegotongroyongan antar warga Lodoyo. Selain itu pelaksanaan tradisi tersebut juga dapat menambah pendapatan masyarakat setempat. Kegiatan ini menjadi salah satu aset wisata budaya di Lodoyo khususnya dan di Kabupaten Blitar pada umumnya.
         Upacara adat siraman pusaka Gong Kyai Pradah banyak mengandung nilai-nilai budaya luhur warisan nenek moyang, oleh karena itu sebaiknya tradisi tersebut tetap dilestarikan dan diinternalisasikan kepada generasi muda supaya mereka tidak lepas dari akar budayanya.
         Waktu pelaksanaan tradisi siraman pusaka Gong Kyai Pradah setahun dua kali, berdasarkan perhitungan kalender Jawa yaitu setiap tanggal 12 Mulud dan tanggal 1 Sawal. Penentuan tanggal pelaksanaan tersebut berdasarkan pesan dari Pangeran Prabu yang diwariskan secara turun-temurun kepada generasi penerusnya.
 

Rizkha A Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review